Industri pengelolaan non migas seperti nikel masih memberikan kontribusi terbesar terhadap perkembangan ekonomi di Sulawesi Tengah pada triwulan IV 2022 dengan mencapai 18,96 persen.
Hal itu diungkapkan Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tengah Dwiyanto Cahyo Sumirat saat menghadiri kegiatan Otoritas Jasa Keuangan di Palu.
“Ekonomi Provinsi Sulawesi Tengah pada triwulan IV 2022 tumbuh sebesar 18,96 persen (yoy), melambat dari triwulan sebelumnya yaitu 19,12 persen (yoy),” ungkap Dwiyanto Cahyo Sumirat, Kamis 30 Maret 2023.
Dwiyanto Cahyo Sumirat menambahkan, pertumbuhan ekonomi ini didorong oleh tingginya lima sektor utama di Sulawesi Tengah, khususnya pada industri pengelolaan, seiring dengan terus meningkatnya kapasitas produksi industri nikel sebesar 41,90 persen.
Kemudian disusul oleh sektor pertambangan yang tumbuh sebesar 26,78 persen, sektor perdagangan sebesar 11,20 persen, sektor konstruksi sebesar 8,83 persen dan sektor pertanian sebesar 0,88 persen.
“Pertumbuhan dikontribusikan oleh 5 lapangan usaha utama di Sulawesi Tengah yaitu, industri pengelolaan, pertanian, pertambangan, konstruksi dan Perdagangan,” bebernya
Sementara itu di sisi pengeluaran pada triwulan IV 2022, kata Dwiyanto Cahyo Sumirat didominasi oleh konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah dan ekspor yang mengalami ekskresi pertumbuhan.
Selain itu, investasi dan informasi tumbuh positif di Sulawesi Tengah
Lebih lanjut, Dwiyanto Cahyo Sumirat mengungkapkan, bahwa pertumbuhan ekonomi di Sulawesi Tengah pada triwulan IV 2002 tercatat yang tertinggi di Kawasan Sulampua (Sulawesi, Maluku, dan Papua) dan nasional.
Sejalan dengan pertumbuhan ekonomi yang konsisten tinggi, Dwiyanto Cahyo Sumirat mengungkapkan bahwa share PDRB Sulteng terhadap Salumpua juga terus meningkat.
Dimana pada Tahun 2022, share PDRB naik mencapai 17,74% dari 15,5% di tahun 2021 dan menjadi provinsi kedua terbesar secara PDRB.