Warga Lembah Palu kini sudah bisa menyaksikan secara langsung senjata tradisional Suku Kaili, Guma, dalam ukuran raksasa. Guma yang merupakan senjata perang Suku Kaili, dibuat dengan panjang 7,7 meter dan berat sekitar 1 ton dan sudah dipajang di Museum Senjata Tradisional Guma Palu di Jalan Hasanuddin, Kota Palu, Sulawesi Tengah.
Pembangunan museum Guma beserta senjata utama para pejuang tanah Kaili dalam ukuran raksasa itu, untuk mengenalkan kepada masyarakat terutama generasi milineal, bahwa para Tadulako memiliki senjata utama yang patut jadi kebanggaan masyarakat Sulawesi Tengah.
Sebab, seiring perkembangan zaman, masyarakat di daerah ini sudah banyak yang buta sejarah tentang Guma.
“Karena ternyata banyak orang Sulawesi Tengah yang tidak mengenal apa itu Guma, sewaktu saya buat kegiatan seminar senjata tradisional ternyata masih banyak juga yang belum paham terkait dengan Guma,” kata Komandan Korem 132 Tadulako, Brigadir Jenderal TNI Farid Makruf saat ditemui di kantornya, Sabtu (20/11).
Berangkat dari fakta tersebut, Farid Makruf menginisiasi pembangunan Museum Senjata Tradisional Guma dan pembuatan Guma dalam bentuk raksasa agar senjata para pejuang tanah Kaili ini tidak dilupakan sejarahnya oleh masyarakat Sulteng.
Gagasan pembuatan Guma dalam bentuk raksasa lahir dari usulan Ki Kumbang, yang saat ini dipercaya menjadi juru bicara dan penjaga di Museum Senjata Tradisional Guma Palu. Usulan pembuatan Guma dalam bentuk raksasa kemudian disepakti bersama oleh tim kerja yang dibentuk untuk merealisasikan gagasan Danrem 132 Tadulako itu.
Didukung sejumlah perwira di satuannya dan tim kerja lainnya yang terdiri dari akademisi, budayawan dan komunitas pecinta senjata tradisional, menggarap gagasan tersebut agar bisa segera terwujud dan bisa jadi kebanggaan masyarakat Sulteng.
Ia menjelaskan, selama pembuatan Guma Raksasa melibatkan pekerja lokal yang ada di Palu, salah satunya bernama Arlan yang mendesain Guma dan dibantu H. Agus yang memiliki besi dalam ukuran panjang yang bisa dibuat bilah.
“Untuk membuat Guma besar, itu panjangnya 7,7 meter. Melambangkan tahun depan Republik Indonesia ulang tahun ke 77,” kata Danrem.
Pembuatan Guma raksasa beserta Museum Senjata Tradisonal tersebut kata Danrem, tidak ada kaitannya dengan suatu proyek. Penegasan Danrem ini untuk menepis rumor yang berkembang bahwa pembuatan Guma Raksasa dan menulis sejarah Sulawesi Tengah adalah bagian dari proyek. Padahal, menurut Danrem, semua pendanaannya murni dari kantong pribadi.
“Orang banyak menyangka saya mengangkat kebudayaan Sulawesi Tengah ini adalah proyek. Akan tetapi ini semua diinisiasi oleh kesadaran saya bahwa ada budaya luhur di Sulawesi Tengah yang belum tergali dan saya ingin menggali itu tanpa menyusahkan orang lain,” ujarnya.
“Jadi inisiasi dari saya pribadi dan dukungan doa dari Gubernur serta wali kota dan tokoh adat untuk membuat buku sejarah, Guma raksasa dan museum. Jadi sekarang kita punya museum Guma,” kata Danrem mengakhiri perbincangan dengan PaluPoso.