Wilayah Donggala, Sulawesi Tengah, telah menjadi saksi sejarah yang penuh tragedi akibat serangkaian gempa dan tsunami yang melanda, terutama di sepanjang sesar Palu Koro.
Sejarah gempa di sesar Palu Koro dimulai pada 1 Desember 1927. Gempa ini, dengan kekuatan 6,5 Skala Richter (SR), mengguncang wilayah ini dan menyebabkan terjadinya tsunami. Korban meninggal akibat peristiwa ini mencapai 14 orang.
Tidak lama setelahnya, pada 30 Januari 1930, gempa lainnya mengguncang pantai barat Kabupaten Donggala. Meskipun kekuatan gempa ini tidak tercatat secara pasti, sejumlah sumber mengindikasikan bahwa peristiwa ini menyebabkan tsunami setinggi dua meter yang melanda wilayah tersebut.
Tiga tahun kemudian, pada 14 Agustus 1938, gempa berkekuatan 6 SR menghantam Teluk Tambu, Kabupaten Donggala. Gempa ini memicu tsunami yang mengerikan dengan gelombang setinggi 8-10 meter di pantai barat Donggala. Dalam bencana ini, sekitar 200 orang meninggal dunia, dan 790 rumah hancur.
Kemudian, pada 1 Januari 1996, gempa besar dengan kekuatan 7,4 SR terjadi di selat Makassar. Gempa ini mengakibatkan tsunami di pantai barat Kabupaten Donggala dan Toli-Toli, menambah deretan tragedi di wilayah ini.
Selain itu, masih pada tahun yang sama, gempa juga terjadi di Desa Bankir, Tonggolobibi, dan Donggala, menewaskan 9 orang dan merusak bangunan secara parah. Tsunami dengan ketinggian gelombang 3,4 meter juga melanda hingga 300 meter ke daratan.
Peristiwa-peristiwa bersejarah ini mengingatkan kita akan pentingnya kewaspadaan terhadap potensi gempa dan tsunami di wilayah sesar Palu Koro.
Wilayah Donggala harus tetap waspada dan siap menghadapi potensi bahaya alam yang mungkin datang di masa depan.