Penularan Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada hewan ternak telah masuk ke Provinsi Sulawesi Tengah. Berdasarkan laporan data 25 November 2022, tercatat sebanyak 244 ekor Sapi terinfeksi PMK.
“Jadi jumlah kasus terinfeksi PMK di Morowali, Morowali Utara, dan Poso dari data laporan per-25 November 2022, sebanyak 244 ekor,” kata Kepala Bidang Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner Dinas Perkebunan dan Peternakan Provinsi Sulawesi Tengah, Dandy Alfita, SPT. MP, saat ditemui di ruang kerjanya, Jumat, 2 Desember 2022.
Menurut Alfita, namun saat ini dari jumlah kasus sapi terinfeksi PMK tersebut sudah dinyatakan sembuh dan hingga saat ini belum ada lagi laporan kasus aktif PMK di lapangan.
Katanya, awal kasus pertama PMK di Kabupaten Morowali terjadi pada 3 September 2022. Di mana salah satu anak sapi mengalami gejala luka pada mulut. Sehingga tidak bisa menyusu ke induknya dan akhirnya anak sapi itu mati.
Kemudian pada 14 September di Kecamatan Petasia Timur, Kabupaten Morowali Utara terdapat kasus terinfeksi PMK sebanyak 81 ekor sapi. Setelah itu pada 16 September 2022, terjadi lagi kasus yang sama. Dengan jumlah sapi terinfeksi sebanyak 2 ekor di Kecamatan Lembo Raya, Morowali Utara.
Kasus keempat terjadi pada 17 September 2022. Dengan suspect sebanyak satu ekor di Kecamatan Lembo. Pada 18 September kembali bertambah kasus terinfeksi sebanyak 30 ekor.
Alfita mengatakan, PMK bisa di atasi. Tetapi beberapa hal yang harus dilakukan. Berikut penjelasannya:
Apa itu PMK?
Penyakit mulut dan kuku (PMK) adalah penyakit infeksi virus yang bersifat akut dan sangat menular. Penyakit ini menyerang semua hewan berkuku belah/genap, seperti sapi, kerbau, babi, kambing, domba termasuk juga hewan liar seperti gajah, rusa dan sebagainya.
“Tingkat penularannya mencapai 90-100 persen dan kerugian ekonomi sangat tinggi. PMK ini memiliki 7 varian yang berbeda,” kata Alfita.
Apa penyebab PMK?
PMK disebabkan oleh virus dengan genus Aphthovirus dari famili Picornaviridae.
Apa saja gejala dari PMK?
PMK dapat dikenali dengan adanya luka seperti sariawan di rongga mulut yaitu di gusi dan lidah, di sela-sela kuku kaki, dan bisa di ambing susu hewan betina. Selain itu, hewan yang terinfeksi akan mengalami demam (suhu 39-41 derajat Celcius), keluar lendir berlebihan dari mulut, beberapa mengalami pincang, luka di kaki-kuku, sulit berdiri, gemetaran, nafas cepat, dan produksi susu menurun drastis.
Bagaimana cara mendiagnosa penyakit PMK?
PMK dapat didiagnosa dengan sampel jaringan dari vesikel (sariawan), sampel darah, dan sampel cairan kerongkongan. Diagnosa laboratorium bisa dilakukan di BBVet Maros dengan metode ELISA dan PCR.
Bagaimana cara menangani penyakit PMK?
PMK tidak bisa diobati, tetapi bisa diredakan gejala yang timbul dengan pengobatan simptomatis.
Bagaimana cara menanggulangi dan memberantas PMK?
- Pembatasan lalu-lintas ternak (masuk dan keluar) dari dan menuju ke daerah wabah. Sebelumnya daerah wabah adalah Kabupaten Morowali, Morowali Utara, dan Poso.
- Pemotongan bersyarat dengan pemusnahan jeroan,organ dalam,kaki,kepala, kelenjar limpoglandula dari hewan yang terinfeksi PMK.
- Melakukan vaksinasi minimal 70% dari populasi di daerah terancam.
Apa yang bisa kita lakukan untuk ikut andil dalam penanggulangan dan pemberantasan PMK?
- Pembatasan lalu lintas dan pengetatan lalu lintas antar kabupaten dan antar provinsi
- Dilakukan tindakan biosekuriti berupa penyemprotan desinfektan di kandang maupun cekpoin.
- Dilakukan pengobatan pada ternak yang positif PMK
- Dilakukan pendataan ternak yang positif PMK, mati karena PMK dan ternak yang positif PMK dan dilakukan potong paksa.
- Dilakukan vaksinasi baik di daerah kasus maupun di seluruh kabupaten di Sulawesi Tengah kecuali Banggai Laut dan Banggai Kepulauan